Hendaknya seorang hamba ketika mengerjakan ketaatan dan mendapatkan kenikmatan, merasakan karunia yang diberikan Allah SWT dan taufik (pertolongan)-Nya kepada dirinya, sehingga dia dapat mengerjakan ketaatan tersebut. Allah lah yang memberikan kenikmatan dan memudahkannya untuk mengerjakan ketaatan, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Nya. Dengan begitu sikap ‘Ujub yang muncul karena melihat kelebihan pada dirinya serta tidak merasakan karunia dan taufik Allah akan menjauh.
A. Ta’rif (pengertian) ‘ujub
'Ujub artinya merasakan kelebihan yang ada pada dirinya tanpa melihat siapa yang memberikan kelebihan itu. Ia adalah penyakit hati yang hanya dapat diketahui oleh Allah SWT, Jika Tampak atsar/pengaruhnya kepada lahiriah seseorang seperti sombong dalam berjalan, merendahkan manusia, menolak kebenaran, dsb. Maka yang nampak ini disebut dengan kibr atau Khuyala’ (kesombongan). Dan memang sebab munculnya kesombongan adalah karena adanya ‘Ujub di hati. Ujub adalah salah satu penyakit hati disamping hasad (dengki), kibr (sombong), riya’ dan mahabbatuts tsanaa’ (mencintai sanjungan).
B. Hukum ‘Ujub
“Ujub hukumnya haram dan termasuk dosa besar. Allah SWT berfirman yang artinya :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. “(QS. Lukman: 18)
Ada yang mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah janganlah kamu alihkan rahang mulutmu ketika disebut nama seseorang dihadapanmu seakan-akan kamu meremehkannya. Sedangkan maksud “orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” adalah orang-orang yang ‘ujub terhadap dirinya dan membanggakan dirinya dihadapan orang lain.
Bahkan sebagian ulama ada yang memasukkan ‘ujub kedalam bagian syirik yang dapat menghapuskan amalan. Imam Nawawi rahimahullah berkata : “Ketahuilah, bahwa ikhlas terkadang dihinggapi penyakit ‘ujub. Siapa saja yang merasa ‘ujub karena amal yang dilakukannya, maka akan hapuslah amalnya…dst”.
C. Nasehat Ulama tentang ‘ujub
Abu Bakar Ash Shiddiq Ra, berkata: “janganlah sekali-kali kamu meremehkan seorang muslim, karena orang muslim yang rendah itu dihadapan Allah adalah mulia.”
Aisyah Ra, berkata : “sesungguhnya kalian telah lalai dari ibadah yang paling utama, yaitu tawaadhu’ (lawan ‘ujub dan sombong).”
Aisyah juga pernah ditanya, “kapankah seseorang bersalah?” ia menjawab”:Ketika dirinya mengira bahwa ia adalah orang yang terbaik.”
Qatadah rahimahullah pernah berkata : “Barang siapa yang diberikan harta, kecantikan/ketampananan, pakaian maupun ilmu, kemudian ia tidak bertawadhu’, naka nanti ia akan menjadi musibah baginya pada hari kiamat.”
Muhammad bin Wasi’ berkata: “Kalau sekiranya dosa itu dapat tercium baunya tentu tidak seorangpun yang akan mau duduk bersamaku”
Dalam riwayat disebutkan bahwa Umar bin Abdul ‘Aziz apabila berkhutbah diatas mimbar, lalu dirinya khawatir tertimpa ‘ujub maka ia memutus khutbahnya. Dan apabila ia menulis tulisan yang disana membuatnya ‘ujub, maka ia merobeknya dan berkata (berdoa), "Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari keburukan diriku.”
Ibnu Rajab berkata:”Seorang mukmin sepatutnya senantiasa melihat dirinya jauh dari derajat yang tinggi, sehingga dengan begitu ia mendapatkan dua faidah berharga; sungguh-sungguh dalam mengejar keutamaan serta berusaha menambahnya lagi dan melihat dirinya dengan penglihatan yang kurang.”
Ibnu Qayyim berkata: “Berhati-hatilahdari sikap berlebihan (mengatakan) ”saya”, ”saya memiliki” dan “milik saya”, karena lafaz-lafaz tersebut telah membuat iblis, Fir’aun dan Qarun tertimpa cobaan. “Saya lebih darinya” diucapkan Iblis. “Saya memiliki kerajaan Mesir” diucapkan Fir’aun dan sesungguhnya aku diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku (milikku)”diucapkan Qarun.”
D. Sebab Timbulnya ‘ujub
Diantara sebab timbulnya ‘ujub adalah karena lemahnya keyakinan dan kurangnya meminta pertolongan kepada Allah SWT, lupa terhadap dirinya yang memiliki kekurangn dan kelemahan, tidak menyadari bahwa hati itu mudah berubah, tidak mentadabburi (memikirkan) kandungan Al-Qur’an dan pelajaran-pelajaran yang ada didalamnya, tidak mengetahui hakikat dunia, kehidupan sementara dan rendahnya nilai dunia, kecerdasan akal dan pengalamannya yang kurang serta tidak mengetahui apa yang akan terjadi dibalik segala sesuatu, tidak bersyukur terhadap nikmat Allah SWT yang begitu banyak, merasa aman dari makr Allah SWT. Termasuk sebab ujub adalah tidak melihat sejarah orang-orang terdahulu yang telah binasa, Allah SWT berfirman yang artinya :
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan dimuka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi….(QS. Al Mu’min:21)
Maksud lebih banyak bekas-bekasnya” adalah bangunan, alat perlengkapan, benteng-benteng dan istana-istana.
Disamping hal-hal diatas, diantara sebab yang dapat memunculkan ‘ujub adalah sering mendapat pujian dan sanjungan. Oleh karena itu Abu Bakr Ash Shiddiq Ra ketika dipuji oleh orang lain ia bertawadhu’ dan berkata :
“ Ya Allah, Jadikanlah aku lebih baik dari yang mereka kira, ampunilah kesalahanku yang mereka tidak mengetahuinya dan janganlah Engkau hukum diriku karena ucapan mereka”. (lih Tarikhul Khulafa’ 117)
bersambung...
Diambil dari Buletin Dakwah Media Ilmu
Comment Form under post in blogger/blogspot