Kamis, 24 Februari 2011

Hati-hati Belajar Agama (Islam) dari Internet

Sudah sejak lama saya ingin membahas tentang hal ini. Baru sekarang
Allah memberi momen yang tepat. Saya menulis ini bukan supaya pembaca
jadi tidak pernah lagi kirim2an artikel Islami via email, browsing
web2 religius, atau ndengerin lantunan Syaikh Sudais dari
quranicaudio.com, tapi sekedar untuk mengingatkan bahwa itu saja tidak
cukup. The internet is not enough (Bukan The world is not enough
seperti film nya James Bond).
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam belajar agama di
internet ini, menurut pengamatan saya.
1. Bahaya merasa cukup, menjadi malas bertanya langsung ke Ulama. Dengan
adanya sumber yang berlimpah (seperti kata Fakhur teman saya: Ilmu di
ujung jari, tinggal Ctrl-F dan Touch!, karena dia pakai iPhone..),
maka orang mudah merasa sudah tahu, dan merasa tidak perlu lagi
bertanya-tanya kepada orang yang lebih tahu. Padahal seringkali apa
yang kita baca di internet tidak sepenuhnya kita pahami sebagaimana
yang diinginkan oleh penulisnya. Terutama jika situasi dan kondisi
penulis tidak sama dengan situasi dan kondisi pembaca. Seperti Quran
yang terkadang hanya bisa dipahami dari asbabun nuzulnya, bukan hanya
dari apa yang tertulis saja…
2. Merasa tidak perlu bersilaturrahim kepada Ulama. Ini juga menjadi
penyakit yang sangat parah. Bersilaturrahiim kepada ulama tidak bisa
digantikan dengan baca-baca buku dan browsing internet. Pahala duduk
dalam majelis ilmu, fadhilah memandang wajah ulama, keutamaan duduk
dalam majelis-majelis dzikir, manfaat mendengar bayan dan penjelasan
ulama, jelas tidak bisa didapat dengan duduk berlama-lama memencet
tuts keyboard dan meng-klik mouse. Dan, bersilaturrahim ini bukan
hanya sekedar saat kita ingin bertanya tentang masalah hukum agama
saja. Silaturrahiim kepada ulama ini memang banyak fadhilah nya. Dan
untuk menanya persoalan pun, sebenarnya tidak sopan kalau cuma sms-an,
tapi akan lebih ber-adab jika berkunjung dan meminta nasehat langsung.
Tentu saja, untuk saat2 darurat, tidak mengapa jika terpaksa menelepon
atau kirim sms…
3. Internet tidak pandai memilah-milah, mana yang penting dan mana yang
tidak. Karena internet tidak pandai, lalu kemudian kita sendiri yang
memilah-milah, bahan dan apa yang akan kita baca. Dan kemudian kita
memilah-milah berdasarkan apa yang terjadi dan kita hadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Masalahnya adalah, terkadang, perkara yang amat
penting itu tidak kita jumpai (baca: tidak kita rasakan) dalam
kehidupan sehari-hari, padahal itu ada. Akhirnya terkadang kita jadi
sibuk dengan membahas perkara2 yang sebenarnya remeh temeh dan
melupakan perkara2 lain yang lebih penting, karena hasil googling “I’m
Feeling LuckyTM” membawa kita kesana.
4. Internet itu rimba belantara. Tidak ada sesiapapun yang mengontrol
benar dan salah di internet. Sebagaimana di hutan dimana yang menjadi
raja adalah yang paling kuat, di belantara internet, yang menjadi raja
adalah yang paling tinggi rangking google rank-nya. Kalau dalam dunia
bisnis dan dunia eknomi yang memang sehari-hari berkutat dengan
internet sih tidak masalah. Karena pada saat itu, benar dan salah jadi
tidak ada, yang ada hanya request and demand. Tapi dalam hal agama,
dimana ulama-ulama haqiqi (ulama yang sesungguhnya) sedang sibuk
dengan dzikir, muroqobah, dan murajaah, maka orang-orang yang merasa
tahu menuliskan apa yang mereka rasa tahu dan dibaca oleh orang yang
sama-sama tidak tahu, dan… begitulah. Mudahnya fasilitas forward dan
copy paste juga membuat sebuah pendapat yang sebenarnya belum tentu
benar, jadi terlihat benar karena ada dimana-mana. Duh..

Saya yakin masih banyak nomor 5, 6, 7 dan seterusnya, atau bahkan
mencoret nomor2 yang saya buat di atas menjadi nomor2 baru. Saya hanya
ingin sekedar mengingatkan diri saya sendiri (dan semoga bermanfaat
untuk yang lain), agar mari sering2 berkunjung kepada ulama, belajar
agama di the real world. “Cut your wire sometime” (tapi jangan terus
ganti wireless, wkwkwk…).

*) Saya pakai judul Agama (Islam), soalnya untuk agama yang lain, saya
tidak tahu bagaimana persisnya…

Sumber: Rofiq Iqbal (kompasiana.com)

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template