Terus terang kalo aku sih ga terlalu suka yang namanya komik, anime atau manga, bahasa halusnya sih bukan ga suka, tapi emang ga terlalu ngikutin. Zaman kecil dulu, aku sering baca dan sempet koleksi, kaya kungfu boy, Dragon Balz, pernah juga minjem temen Candy-candy dan suka nonton filmnya kaya saint seiya.
Tapi sebenernya bukan itu yang terpenting, aku sempet salut juga ternyata ada yang mengambil manfaat dari, membaca atau menonton serial manga, diantaranya Dragon Balz dan Chinmi, berikut kesamaan manfaat yang diambil dari kedua tokoh kartun tersebut:
1. Penampilan fisik tidak sempurna.
Tidak seperti Superman atawa Sepiderman yang mempunyai bentuk tubuh super atletis, kedua tokoh ini samasekali tidak punya bentuk fisik yang menjanjikan. Chinmi yang kecil kurus, atawa Son Goku yang berekor. Hal ini sangat manusiawi dan secara normal kita juga punya ekor masing-masing, ada yang dikasih warna kulit item (bahkan suka diisengin dibilang lho kok ada baju yang jalan-jalan sendiri), pendekar (alias pendek dan kekar), ada yang dikasih super ceking, ada yang dikasih super tembem, ada yang dikasih kaki kesebelasan, wis pokoknya masing-masing punya ekornya sendiri. Namun kedua tokoh tersebut tak sekalipun dalam semua episodenya menganggap hal itu sebagai kekurangan, bahkan Son Goku melalui ekornya mempunyai kekuatan yang berlebih.
2. Ceria ketika kalah.
Dengan kekurangan dan kebodohannya, kedua tokoh ini sering kali kalah. Keduanya mempunyai sikap selalu ceria dalam banyak kesempatan, bahkan ketika kalah sekalipun. Dalam hidup ini juara dan pemenang secara alami memang hanya sedikit, kalo ada juara 1,2,3 mungkin masih ada 7 orang lagi yang kalah dan tidak juara, mungkin lebih. Jadi satu waktu kita akan kalah, wajar dan harus dipersiapkan. Aku sendiri memilih, kalo waktunya tiba, akan memilih menghadapinya dengan senyum dan keceriaan kayak Chinmi or Son Goku. :-) Bukan berarti aku menyukai kalah-nya, hanya berharap ketika aku kalah, aku bisa tersenyum karena tahu mengapa aku kalah dan tahu cara memperbaikinya.
3. Menghargai kebaikan universal.
Emang sih, ini standar n jadul banget untuk jagoan, belas kasih sama musuh, melindungi masyarakat lemah, rendah hati dan ndak sombong. Namun yang susah adalah untuk menjadi bersifat konsisten, kadang kita hanya mampu melakukannya kala masuk Ramadhan, Lebaran atau pas Natal saja. Di lain waktu kita jadi monster buat orang lain. Yang digaris bawahi adalah secara konsisten menjaga sikap ini.
4. Selalu lebih kuat dari sekelilingnya pesaingnya.
Kekuatan dan kelebihan mereka selalu bersifat relatif, ketika mereka kalah mereka belajar bagaimana menjadi lebih kuat dari musuhnya, itu saja, tidak perlu menjadi lebih kuat dari semua orang. Ketika Son Goku anak-anak bertarung dengan lawan-lawan anak remaja, dia tidak lebih kuat dari orang dewasa, tapi hanya cukup untuk mengalahkan kawan sebayanya saja. Tapi ketika musuhnya meningkat menjadi lebih kuat mereka belajar untuk selalu juga sedikit lebih kuat dibanding musuhnya, sehingga selalu menang. Aku ingat satu waktu ketika kecil, dari kelas 1 s/d kelas 6 SD aku langganan juara, tapi ketika masuk SMP, rapor semester pertama di SMP aku adalah ranking 121 dari 350 siswa. Shocked !! Tapi kemudian aku belajar, dan di akhir lulus SMP aku dah bisa mendekati si A*** temen sekelas yang jawara I (s/d akhir kelas 3 dia ni selalu jawara I umum), paling tidak hanya beda satu setrip. Dan setelah SMA, meskipun ndak penting, aku bisa sedikit mengunggulinya meski hanya di last lap. Pelajaran dari hal ini adalah kompetisi itu memang jamu pemacu yang mujarab untuk maju.
Referensi : Sonyhidayat
Tapi sebenernya bukan itu yang terpenting, aku sempet salut juga ternyata ada yang mengambil manfaat dari, membaca atau menonton serial manga, diantaranya Dragon Balz dan Chinmi, berikut kesamaan manfaat yang diambil dari kedua tokoh kartun tersebut:
1. Penampilan fisik tidak sempurna.
Tidak seperti Superman atawa Sepiderman yang mempunyai bentuk tubuh super atletis, kedua tokoh ini samasekali tidak punya bentuk fisik yang menjanjikan. Chinmi yang kecil kurus, atawa Son Goku yang berekor. Hal ini sangat manusiawi dan secara normal kita juga punya ekor masing-masing, ada yang dikasih warna kulit item (bahkan suka diisengin dibilang lho kok ada baju yang jalan-jalan sendiri), pendekar (alias pendek dan kekar), ada yang dikasih super ceking, ada yang dikasih super tembem, ada yang dikasih kaki kesebelasan, wis pokoknya masing-masing punya ekornya sendiri. Namun kedua tokoh tersebut tak sekalipun dalam semua episodenya menganggap hal itu sebagai kekurangan, bahkan Son Goku melalui ekornya mempunyai kekuatan yang berlebih.
2. Ceria ketika kalah.
Dengan kekurangan dan kebodohannya, kedua tokoh ini sering kali kalah. Keduanya mempunyai sikap selalu ceria dalam banyak kesempatan, bahkan ketika kalah sekalipun. Dalam hidup ini juara dan pemenang secara alami memang hanya sedikit, kalo ada juara 1,2,3 mungkin masih ada 7 orang lagi yang kalah dan tidak juara, mungkin lebih. Jadi satu waktu kita akan kalah, wajar dan harus dipersiapkan. Aku sendiri memilih, kalo waktunya tiba, akan memilih menghadapinya dengan senyum dan keceriaan kayak Chinmi or Son Goku. :-) Bukan berarti aku menyukai kalah-nya, hanya berharap ketika aku kalah, aku bisa tersenyum karena tahu mengapa aku kalah dan tahu cara memperbaikinya.
3. Menghargai kebaikan universal.
Emang sih, ini standar n jadul banget untuk jagoan, belas kasih sama musuh, melindungi masyarakat lemah, rendah hati dan ndak sombong. Namun yang susah adalah untuk menjadi bersifat konsisten, kadang kita hanya mampu melakukannya kala masuk Ramadhan, Lebaran atau pas Natal saja. Di lain waktu kita jadi monster buat orang lain. Yang digaris bawahi adalah secara konsisten menjaga sikap ini.
4. Selalu lebih kuat dari sekelilingnya pesaingnya.
Kekuatan dan kelebihan mereka selalu bersifat relatif, ketika mereka kalah mereka belajar bagaimana menjadi lebih kuat dari musuhnya, itu saja, tidak perlu menjadi lebih kuat dari semua orang. Ketika Son Goku anak-anak bertarung dengan lawan-lawan anak remaja, dia tidak lebih kuat dari orang dewasa, tapi hanya cukup untuk mengalahkan kawan sebayanya saja. Tapi ketika musuhnya meningkat menjadi lebih kuat mereka belajar untuk selalu juga sedikit lebih kuat dibanding musuhnya, sehingga selalu menang. Aku ingat satu waktu ketika kecil, dari kelas 1 s/d kelas 6 SD aku langganan juara, tapi ketika masuk SMP, rapor semester pertama di SMP aku adalah ranking 121 dari 350 siswa. Shocked !! Tapi kemudian aku belajar, dan di akhir lulus SMP aku dah bisa mendekati si A*** temen sekelas yang jawara I (s/d akhir kelas 3 dia ni selalu jawara I umum), paling tidak hanya beda satu setrip. Dan setelah SMA, meskipun ndak penting, aku bisa sedikit mengunggulinya meski hanya di last lap. Pelajaran dari hal ini adalah kompetisi itu memang jamu pemacu yang mujarab untuk maju.
Referensi : Sonyhidayat
????
Comment Form under post in blogger/blogspot